Untuk
itu, pemerintah baru perlu mendorong investasi, terutama untuk eksplorasi
mencari cadangan migas baru. Kita saksikan kegiatan eksplorasi boleh dibilang
stagnan karena pelaku industri galau akibat ketidakseriusan pemerintah dalam
mendorong investasi eksplorasi. Insenif yang dijanjikan juga tidak atau belum
diberikan. Banyak faktor penghambat investasi eksplorasi masih menghantui
pelaku industri migas, termasuk isu pajak, penolakan masyarakat lokal,
birokrasi perizinan yang rumit, tumpang tindih peraturan, dan lain-lain. Masih
seabrek persoalan yang menjadi ranjau bagi masuknya investasi.
Persoalan
lain yang harus dijawab dan diatasi oleh pemerintah baru adalah soal isu atau
masalah subsidi BBM yang membengkak dan besar, yang mencapai Rp300 triliun
setiap tahun. Bila dana subsidi itu digunakan untuk membangun infrastruktur
gas, misalnya, atau membangun fasilitas publik lain, maka hal itu akan lebih
bermanfaat.
Kita
bersyukur kedua pasangan Capres, baik Jokowi dan Prabowo memiliki perhatian
terhadap isu energi, walaupun belum dielaborasi secara detail. Hanya Jokowi
yang telah memiliki tekad jelas untuk menghapus subsidi BBM. Dia mengatakan dia
bertekad untuk menghapus subsidi BBM dalam 4 tahun, secara bertahap. Agak
mengherankan memang, pemerintah saat ini terkesan takut menghapus atau
mengurangi subsidi BBM, boleh jadi khawatir atas penolakan masyarakat. Tapi,
sebagai pemimpin, harus memiliki keberanian, tentu keberanian yang dilandasi
oleh perhitungan matang dan langkah nyata untuk mengatasi penolakan masyarakat.
Berbagai
kelompok masyarakat telah memberikan masukan kepada pemerintah baru terkait
berbagai permasalah energi di Tanah Air. Salah satunya adalah Pusat Studi
Kebijakan Pubik (Puskepi). Lembaga ini mengungkapkan bahwa pembangunan sektor
energi dan sumber daya mineral yang berkelanjutan, menjadi tantangan dan
komitmen yang harus direalisasikan oleh pasangan capres-cawapres pilihan
rakyat.
PUSKEPI mencatat sejumlah persoalan besar yang menjadi tantangan di sektor energi dan sumber daya mineral untuk disikapi serta harusnya menjadi bagian visi dan misi Presiden-Wakil Presiden terpilih. Mengingat hal ini menjadi pilar utama pendorong perekonomian nasional, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
PUSKEPI mencatat sejumlah persoalan besar yang menjadi tantangan di sektor energi dan sumber daya mineral untuk disikapi serta harusnya menjadi bagian visi dan misi Presiden-Wakil Presiden terpilih. Mengingat hal ini menjadi pilar utama pendorong perekonomian nasional, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pertama, Langkah
strategis untuk memaksimalkan pendapatan negara di sektor energi dan sumber
daya mineral seharusnya menjadi program kerja prioritas pemerintahan baru. Publik
perlu mendapatkan jawaban dari para Capres dan Cawapres, Kebijakan dan terobosan
apa yang ditawarkan terhadap upaya peningkatan pendapatan tersebut ke depan?
Dari
pengalaman selama ini, upaya peningkatan pendapatan di sektor energi dan sumber
daya mineral terkesan hanya melanjutkan program yang ada sebelumnya. Apakah
para Capres dan Cawapres sudah memiliki konsep yang jelas terhadap hal ini
dan mampu diwujudkan ketika mereka berkuasa nantinya?
Kedua, bagaimana sikap Presiden dan Wakil Presiden terpilih terhadap keberadaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Tentu kita serahkan kepada pemerintah mana yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Kedua, bagaimana sikap Presiden dan Wakil Presiden terpilih terhadap keberadaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Tentu kita serahkan kepada pemerintah mana yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Ketiga, tantangan peningkatan produksi minyak nasional. Sebab target lifting minyak dalam 10 tahun pemerintahan terakhir terus merosot. Lifting 870.000 barel yang dipatok dalam APBN 2014 kembali meleset, hanya tercapai kurang dari 820.000 barel. Dan kini ditetapkan 810.000 barel dalam APBN-Perubahan 2014.
Akankah
Presiden dan Wapres baru nantinya mampu menggenjot target produksi sejuta barel
bisa terlampaui ke depan? Bagaimana caranya?
Keempat,
kondisi subsidi BBM yang terus meningkat setiap tahunnya dan selama ini dinilai
membenani anggaran negara (APBN). Kebijakan strategis apa yang akan diambil
oleh Pemimpin baru Indonesia terhadap subsidi BBM tersebut. Menghapus subsidi
BBM yang berarti mengalihkan beban kepada rakyat atau mengeluarkan solusi lain?
Kelima, memaksimalkan
pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ke depan, Pemerintah mau
tidak mau harus mampu menjalankan tata kelola dan manajemen gas yang
terintegrasi (integrated gas management) yang meliputi pengelolaan gas secara
menyeluruh termasuk LNG dan gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG).
Akankan
jeritan industri nasional dan pembangkit listrik dapat terselesaikan oleh
Pemimpin baru atau sebaliknya? Kemudian, bagaimana nasib regulator di bidang
migas (SKK Migas) yang kini keberadaannya hanya didasarkan keputusan
presiden (Keppres) karena revisi UU Migas yang tidak pernah selesai segera
dibubarkan ataukah keberadaannya malah akan diperkuat?
Keenam, di
bidang ketenagalistrikan nasional, maraknya kasus pemadaman dan rendahnya rasio
elektrifikasi (RE), menempatkan program ketenagalistrikan masih perlu ditata
ulang untuk memperkuat dan keandalan pasokan listrik di seluruh wilayah NKRI.
Apalagi
peningkatan rasio elektrifikasi tersebut menjadi indikator penting untuk
memastikan roda perekonomian rakyat di daerah berjalan baik.
Target
rasio eletrifikasi 100 persen mungkinkah bisa tercapai pada periode
pemerintahan yang akan terpilih lewat Pilpres 9 Juli 2014 ini? Lalu, adakah
kebijakan baru terhadap sistem pentarifan. Apakah hanya mengikuti kenaikan
tarif secara bertahap yang sudah berjalan selama ini, atau adakah kebijakan
lain yang pro rakyat.
Ketujuh,
di bidang pertambangan. Kebijakan larangan ekspor bahan tambang/mineral mentah
sebagai amanah dari UU No 4/2009 tentang Mineral dan Batubara perlu mendapat
perhatian agar UU tersebut tetap bisa dijalankan secara efektif dan sebagai
pelindung dari "para pengeruk bumi yang tidak bertanggungjawab". Tentu publik menanti sikap pemerintah baru,
agar tetap memastikan seluruh sumber daya dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Kita
berharap, pemerintah mendatang dapat memberi solusi terhadap berbagai persoalan
energi yang dihadapi bangsa ini. Energi ibarat darah dalam tubuh, tanpa energi akan
lumpuh. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar