![]() |
TNI vs Polri |
Lagi-lagi Kepolisian Republik indonesia (Polri) dan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) bentrok hingga menyebabkan hilangnya satu nyawa.
Sejumlah oknum TNI Batalion 134 Tuah Sakti, pada Rabu pagi,
melakukan penyerangan ke Mako Brimobda Kepri, di Tembesi, Batam. Dalam
penyerangan itu, oknum TNI tersebut sempat melakukan pengerusakan.
Peristiwa bentrokan kembali berlanjut hingga Rabu tengah
malam. Informasi menyebutkan, sempat terjadi baku tembak dalam peristiwa
bentrokan kali ini. Peristiwa ini bukan kali ini saja terjadi di Batam.
Sebelumnya, pada bulan September lalu, bentrokan serupa mengakibatkan empat
anggota TNI menderita luka tembak.
Saat itu, peristiwa bermula ketika tim dari Direktorat
Kriminal Khusus Polda Kepri dibantu anggota Brimob, sedang melakukan
penggerebekan salah satu gudang penimbunan BBM ilegal. Belakangan diketahui,
anggota TNI Bataion 134 terlibat dalam aksi penimbunan BBM ilegal tersebut.
Menurut Ronny, dari saling tatap tersebut kemudian muncul
perselisihan di antara kedua pihak. "Belum tahu sebabnya. Apakah mungkin
salah satu pihak kurang dilayani. Jumlah anggota Brimob mungkin di situ (rumah
makan) banyak. Anggota TNI sedikit. Lalu ada yang tersinggung," ujar Ronny
di Divisi Humas Mabes Polri.
Ronny mengatakan, kedua pihak sempat terlibat cekcok di
rumah makan tersebut. Hal ini berlanjut ke insiden perusakan markas Brimob.
Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena Kapolda Riau dan Komandan
Korem (Danrem) langsung menuju lokasi kejadian untuk menyelesaikan persoalan.
"Sampai maghrib masih kondusif. Hanya insiden perusakan
atau kekerasan terhadap barang," ucap Ronny.
Terkait insiden penembakan markas Brimob yang terjadi pada
malam hari, yang diduga dilakukan oleh anggota TNI, Ronny masih belum bisa
memberikan komentar resmi. Dia mengaku masih menunggu penyelidikan yang
dilakukan oleh Kapolda Riau.
"Kejadian sebenarnya, kita masih terus selidiki. Hal
seperti ini harus benar-benar valid, dan disampaikan kepada masyarakat dengan
benar. Berita yang diperoleh dari media apa saja saat ini masih tunggu
informasi dari narsum, dari kapolres, kapolda, dan kasat," ucap Ronny.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan ikut menangani
secara serius kasus bentrokan tersebut.
Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, Jokowi harus
melakukan evaluasi terhadap kinerja Pimpinan TNI dan Polri yang dinilainya
lengah mengawasi anggotanya.
"Jokowi harus mengevaluasi dan mencopot para pimpinan
TNI dan Polri. Bagaimana pun, bentrokan ini tak lepas dari kelengahan elit-elit
TNI dan Polri dalam mencermati dinamika di Batam pasca bentrokan 21 September
2014 lalu," tegas Neta.
Menurut Neta, Pimpinan TNI dan Polri gagal meredam rasa
dendam antara kedua pihak sebagai akibat
dari bentrokan beberapa waktu lalu. Konflik antara dua institusi ini, kata
Neta, ikut merugikan masyarakat karena mengganggu keamanan dan menimbulkan
keresahan.
Selain itu, negara juga ikut mengalami kerugian besar dengan
adanya konflik TNI dan Polri. Menurut dia, kejadian ini akan membuat investor
asing takut menanamkan modalnya di Indonesia. Padahal, sebelumnya, dalam forum
APEC dan G-20, Jokowi mengundang para investor asing untuk berinvestasi di
Indonesia.
"Bagaimana mereka mau masuk jika tidak ada jaminan
keamanan di Indonesia, mengingat antar aparat keamanan saja saling tembak dan
terus terlibat bentrokan," ujar Neta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar