![]() |
prostitusi online |
Indonesia kali ini sedang heboh soal prostitusi online yang
kembali jadi perhatian setelah Polres Jakarta Selatan menangkap Robbie Abbas,
muncikari pekerja seks komersial (PSK) kelas atas yang disebut-sebut dari
kalangan artis.
Psikolog forensik kriminal, Reza Indragiri Amriel menilai,
prostitusi online, apalagi kelas atas, sulit untuk diberantas. Hal yang bisa
dilakukan untuk menekan hal ini hanyalah dengan membongkar seluruh imperium
bisnis esek-esek online kelas atas ini.
“Polisi harus membongkar semua jaringan bisnisnya. Tidak
hanya PSK nya, tapi muncikarinya, pelanggannya. Juga hotel yang mempermudah itu
juga meski diberi hukuman,” ujarnya.
Ada dua kategori prostitusi. Pertama, prostitusi di mana
pelacurnya adalah korban dari kondisi sosial. Prostitusi ini yang umumnya
berada di lokalisasi. Kedua, adalah prostitusi di mana pelacurnya secara sadar
melakukan hal ini sebagai sebuah profesi yang menguntungkan. Prostitusi tipe
kedua ini menyebar dan tidak pernah mau untuk dilokalisir. Mereka bekerja secara
profesional dan memiliki jaringan yang rapi.
Dalam kasus Robbie, lulusan Melbourne University dengan
gelar MCrim (Forpsych), menyebut sebagai prostitusi kategori dua. Karena,
dengan menggunakan logika ekonomi sederhana saja, menjadi PSK kelas atas jauh
lebih menguntungkan secara materi dari pada bekerja sebagai artis, model atau
pekerja kantoran. Robbie menyebut bahwa para pelacurnya memasang harga paling
murah Rp 30 juta hingga Rp 200 juta untuk sebuah persenggamaan short time.
“Pekerja kantoran di Jakarta, sebulan tertinggi Rp 20 juta.
Itu (prostitusi online kelas atas) hanya dengan beberapa jam saja, bisa dapat
Rp 30 juta. Itu kan secara ekonomis sangat menguntungkan. Makanya, saya lebih
suka menyebut mereka itu pelacur yang nyambi pekerjaan lain, apakah artis,
model atau lainnya,” tukas Reza.
Reza menyebut, selain karakteristik prostitusi online kelas
atas, hal lain yang membuat praktik ini sulit diberantas adalah penegak hukum
masih fokus pada PSK dan mucikarinya. Mestinya, polisi juga harus menjerat
secara hukum para pelanggannya. Apalagi, ada kecenderungan, para pelanggan
prostitusi kelas atas adalah pengusaha atau pejabat.
“Kalau pelanggan ini diungkap, publik bisa tahu kelakukan
para pejabat-pejabat. Ini tentu akan membuat tekanan secara sosial bagi para
pejabat untuk memiliki etika yang benar. Adalah hal yang memalukan jika nama
mereka terungkap sebagai pelanggan,” ujarnya.
Reza menambahkan, jika para pelanggan ini diungkap, dia
meyakini bahwa permintaan akan prostitusi kelas atas akan menurun. Berdasarkan
hukum pasar, jika permintaan menurun, maka persediaan akan menurun pula.
Artinya, jaringan bisnis prostitusi online kelas atas akan menurun dengan
sendirinya.
Kemungkinan para pejabat atau pengusaha menjadi pelanggan
utama prostitusi online kelas atas juga disampaikan oleh Kriminolog dari UI
Irvan Olii . Pasalnya dengan melihat harga jasa kencan yang dipatok mucikari
antara Rp 30 juta hingga Rp 200 juta, bukan kalangan sembarangan yang bisa
membayarnya.
Bahkan bisa jadi, kasus prostitusi papan atas yang diungkap
Polres Jakarta Selatan pekan lalu ini berawal dari gratifikasi. "Misalnya
ada seseorang yang tidak suka dengan bentuk gratifikasi menggunakan perempuan
lalu melapor ke polisi," ungkap Irvan.
Selain dugaan gratifikasi, Irvan juga menduga pejabat yang
menggunakan jasa kencan PSK papan atas menyalahgunakan pendapatan. Pendapatan
yang seharusnya dilaporkan ke pihak berwenang seperti KPK atau Ditjen Pajak,
tidak dilaporkan karena dipakai membayar jasa kencan prostitusi kelas atas.
Yang parahnya adalah pemerintah akan mengurusi ini lebih
lanjut. Padahal negara seharusnya punya banyak hal yang jauh lebih penting
daripada mengurusi selangkangan rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar