![]() |
pengeboran laut dalam |
Total E&P Indonesia Mentawai B.V. (TEPIM), memulai
kegiatan pengeboran laut dalam di sumur Rendang 1X, di Blok Eksplorasi Bengkulu
1 Mentawai pada minggu kedua Juli 2014. Lokasi pengeboran terletak di lepas
pantai Provinsi Bengkulu, yang berjarak sekitar 75 km dari garis pantai
Bengkulu, di kedalaman laut berkisar 1000 meter.
"Pengeboran sumur ini diperkirakan mencapai 90 hari,
menggunakan teknologi untuk laut dalam," ujar General Manager Total, Hardy
Pramono. Pengeboran sumur Rendang 1X akan menggunakan Rig Ocean Monarch (jenis
Semi-Submersible).
"Tantangan eksplorasi ini memperlihatkan tekad Total
untuk menemukan cadangan-cadangan baru di Indonesia. Dan Total sangat
menghargai dukungan penuh oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi
Bengkulu," tambah Hardy. Untuk diketahui, sebelumnya, Gubernur Bengkulu
telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor P.241/XXVII/Tahun 2014 tertanggal 22
April 2014 untuk membentuk Tim Pendukung Kegiatan Eksplorasi Migas di Laut
Dalam. Surat yang mengkoordinasikan 22 instansi itu diharapkan
dapat memperlancar pengeboran sumur migas laut dalam termasuk Bengkulu 1 Mentawai
yang digarap Total tersebut. Hardy juga mengungkapkan bahwa sebelumnya belum
pernah ada pencarian hidrokarbon di kawasan tersebut.
Sampai saat ini, Total E&P Indonesia menyuplai hingga 80
persen kebutuhan gas ke kilang LNG Bontang, dengan produksi gas pada 2013
sebesar 1.760 MMscf/d dan 67,000 bbl/d untuk minyak dan kondensat. Selain itu,
Total juga mengoperasikan Blok Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur, yang
mana adalah ladang gas terbesar di Indonesia.
Namun sayangnya kontrak Total di Blok Mahakam akan segera
berakhir pada tahun 2017 mendatang. Blok Mahakam adalah salah satu blok
tersulit di Indonesia, dan untungnya dengan kepiawaian dan pengalaman jam
terbangnya yang sudah tinggi, Total mampu mengeksplorasi blok tersebut dengan
baik. Negara melalui Pertamina sudah menyatakan keinginan untuk mengambil alih
blok tersebut ketika masa kontrak Total habis. Namun mampukah Pertamina
mengoperasikan blok sulit tersebut? Apakah Pertamina sudah memiliki kemampuan
dan teknologi yang sama dengan Total? Akan amat disayangkan apabila blok
tersebut tersia-siakan karena tidak bisa dieksplorasi karena pengalaman yang
belum cukup. Lebih baik apabila Pertamina bergandengan tangan dengan Total
dahulu dalam mengeksplorasi Blok Mahakam. Setelah 5 tahun seperti yang diajukan
oleh Total, niscaya Pertamina sudah meresapi kemampuan dan teknologi yang
diperlukan untuk mengelola Blok Mahakam sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar