Selasa, 24 Februari 2015

Puteri Indonesia Dibully Karena Pakai Kaos Palu Arit

Anindya Kusuma Putri
Dunia maya kembali diguncang dan heboh. Terpilihnya Anindya Kusuma Putri sebagai Puteri Indonesia 2015, membuat dirinya yang tadinya bukan siapa-siapa otomatis kini menjadi sorotan publik. Suka tidak suka, apapun yang dilakukannya mulai menjadi perhatian dan perbincangan masyarakat, apalagi tengah masyarakat yang selalu ingin tahu urusan orang lain.

Seperti foto selfie yang dipunggah ke dunia maya lewat akun instagramnya. Puteri Indonesia asal Jawa Tengah tersebut sempat memposting dirinya saat tengah berada disebuah ladang sawah.

Bergaya sambil menggunakan topi caping, kaca mata hitam, kaos berwarna merah dan berlambang palu arit, Anidya mendapatkan banjir kritikan dari netizen.

"I am so Vietnam Today!," tulis Anindya pada keterangan foto di akun instagramnya.

Gadis berusia 23 tahun itu pun mendapatkan banjir kritikan, yang datang dari salah satu netizen yang mengomentari foto Anindya.
"Aduh ... Dari statusnya aja udah salah plus kaosnya pula, sama sekali ngga PANTAS jadi putri indonesia.. .," tulis pemilik akun instagram camelia.gco.

Ternyata foto tersebut diambil saat Anindya berkunjung ke Vietnam pada Juni 2014 lalu. Simbol palu arit merupakan bagian dari simbolisme komunis dan memang masih sangat sensitif di Indonesia.

Padahal simbol palu arit dan terutama kaos palu arit itu hal yang biasa karena di Vietnam menerapkan paham ideologi komunis.

Namun, pada saat foto selfienya mendapatkan banjir kritikan dari netizen, rupanya Anindya pun segera menghapus foto tersebut dari akun instagramnya.

Memang Indonesia belum lepas dari phobia komunisme. Kita tahu sendiri terjadinya pembantaian para komunis di tahun 1965 dan belum ditangkap dan diadili dalangnya hingga kini.


Anindya pasti shock berat mendapat respon dan banjir kritik sebanyak itu. Semoga saja Indonesia bisa lebih terbuka matanya dan tidak menghakimi simbol, padahal belum tentu mengerti benar arti simbol di baliknya.

Senin, 23 Februari 2015

Jadi Anggota DPR Adalah Pekerjaan Terbaik di Dunia

Tjahjo Kumolo
Ada celetukan menarik yang baru disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. Tjahjo mengakui bahwa dirinya pribadi lebih menikmati ketika duduk di kursi DPR ketimbang di kursi menteri.

Bagaimana tidak, selain diberi gaji yang besar, anggota legislatif juga bisa memarahi menteri.

"Jadi pekerjaan paling nikmat di dunia itu ya anggota DPR RI. Sudah gaji besar, datang sidang boleh, terlambat gak ada masalah. Mau marah-marahin menteri juga bebas," ungkap Tjahjo.

Ia juga mengakui bahwa dirinya masih belum bisa menghilangkan gaya bahasanya sebagai anggota DPR meskipun saat ini telah menjadi menteri di Kabinet Presiden Joko Widodo.

"Saya sudah 30 tahun di DPR. Jadi mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai (dalam meminta penjelasan dan memberi penjelasan)," pungkasnya.

Ada lagi satu poin yang ketinggalan, yakni jmlah anggota DPR itu sangat banyak jumlahnya! Jadi secara tidak langsung, baik buruknya kinerja anggota DPR akan sulit terdeteksi.

Namun selorohan tersebut sebenarnya bisa dilihat dari perspektif lain, yakni bahwa itu adalah kritik bagi par a anggota DPR. Seharusnya mereka mensyukuri benar bisa diberi kesempatan tersebut, maka bekerjalah dengan baik dan benar untuk rakyat.


Tapi ya kita tidak perlu berharap banyak juga karena seperti yang kita tahu, para anggota DPR itu bebal!

Selasa, 10 Februari 2015

Mobil Nasional Indonesia Rasa Malaysia

mobil nasional?
Berita tentang perginya Jokowi ke Malaysia yang ternyata untuk melakukan penandatanganan MoU antara Proton Malaysia dan sebuah perusahaan Indonesia untuk penyusunan studi kelayakan pengembangan mobil nasional Indonesia mencuri perhatian publik.

Persoalan mobil nasional selalu menarik perhatian karena sekurangnya tiga alasan pokok.

Pertama, argumen bahwa negara sebesar Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, kelompok kelas menengah yang semakin dominan, serta pendapatan masyarakat yang menaik secara gradual haruslah memiliki industri otomotif yang memiliki label 'nasional' atau milik Indonesia dengan berbagai atributnya.

Kedua, mendorong keberadaan mobil sebagai sarana transportasi memiliki paradoks terhadap upaya pemerintah dan khususnya Presiden Jokowi mendorong angkutan umum. Pada saat Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, kita begitu terkesan dengan ucapannya, "Kita butuh transportasi murah, bukan mobil murah!"

Harga murah yang terjadi bukan karena efisiensi di sektor produksi, melainkan pengurangan pajak yang seharusnya menjadi hak masyarakat yang lebih luas.

Ketiga, upaya mendorong industri otomotif memiliki pendukung yang fanatik karena sektor itu menjadi penghela pertumbuhan ekonomi nasional. Industri otomotif itu dipromosikan sebagai sektor yang tahan terhadap dinamika ekonomi regional global. Produsen otomotif di Indonesia yang tergabung dalam Gaikindo merupakan proponen dari argumen itu karena jelas memengaruhi keberlangsungan bisnis mereka.

Apa reaksi masyarakat Indonesia terhadap berita penandatanganan MoU antara Proton dan perusahaan Indonesia?

Tidak ada antusiasme yang menggelora. Tidak ada penolakan yang kritis dari para ahli transportasi dan pakar lingkungan. Tidak ada komentar keras, baik yang mendukung atau menolak dari kelompok produsen otomotif.

Semua pihak memberikan tanggapan normatif dan dugaan saya, media akan membiarkan berita tersebut berlalu tanpa kesan. Semua terlihat biasa-biasa saja.

Ada fenomena menarik yang kita lihat dari kondisi ini. Sebagai mazhab pembangunan, barangkali pandangan politik yang diwujudkan dengan produk yang berbau 'nasional' tidak lagi mendapat tempat di hati masyarakat. Bagi masyarakat yang rasional, yang paling penting bagi mereka ialah produk yang bermanfaat dengan biaya yang sesuai dengan daya beli.

Nasionalisme tidak lagi berwujud dalam bentuk fisik karena masyarakat menyadari produksi barang dilakukan dengan sistem global supply chain. Para ahli transportasi apatis dengan berbagai rencana pemerintah yang seolah menjalankan kebijakan yang paradoksal. Ketika upaya mendorong penggunaan angkutan umum dipandang kurang progresif, upaya merasionalkan pemanfaatan kendaraan pribadi seolah macet di tengah jalan.

Menarik bahwa masyarakat kita akhirnya bisa lepas dari sentimen nasionalisme dan lebih memilih untuk menjadi rasional. Apabila kita kaitkan dengan sektor migas Indonesia, tentunya hal ini akan menjadi lebih menarik lagi. Sentimen-sentimen nasionalisme yang kemudian bisa menyebabkan terhambatnya produksi migas di Indonesia harus ditinggalkan.

Seperti di Blok Mahakam misalnya, apabila masyarakat memang rasional, tentunya tidak akan membiarkan Pertamina sendirian dalam mengelola blok tersebut. Kerjasama dengan Total E&P yang selama ini mengelola blok tersebut akan menjadi pilihan yang lebih rasional.


Rabu, 04 Februari 2015

Heboh, Menteri Perdagangan Bilang HIV Menular Lewat Pakaian Bekas!

Rachmat Gobel
Lagi-lagi dunia maya dibikin heboh oleh karena pernyataan seorang pejabat negara. Hari ini kita semua dikejutkan oleh pernyataan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang menyebut pakaian bekas impor berbahaya karena bisa menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus). Pernyataan tersebut menuai kecaman dari masyarakat Indonesia terutama AIDS Coalition (IAC).

IAC mengecam pernyataan Menteri Gobel bahwa menyesatkan dan 'berbau hoax' karena HIV hanya menular melalui kontak cairan tubuh. Salah paham tentang cara penularan virus mematikan tersebut, dikhawatirkan akan menciptakan stigma negatif terhadap upaya penanggulangan HIV.

IAC juga menyinggung peran Menteri Kesehatan serta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagai Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Dikatakan, masih ada pekerjaan rumah yang besar dalam upaya menganggulangi HIV-AIDS.

Jangankan mengedukasi masyarakat umum, di lingkar kabinet sendiri yang notabene berasal dari kalangan yang cukup punya pendidikan saja masih terdapat miskonsepsi terkait HIV dan AIDS.

Para dokter mengatakan bahwa HIV menular antara lain lewat pemakaian jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks yang tidak aman, dan melalui air susu ibu yang terinfeksi. Penularan melalui jalur-jalur tersebut juga sudah bisa dicegah, misalnya dengan kondom pada hubungan seks tidak aman.

Sebelumnya, Gobel mengatakan bahwa menurut penelitian laboratorium, penyakit yang ditularkan mulai dari penyakit kulit hingga HIV. "(Penyakit) kulit, bisa kena HIV. Beneran, itu sudah ada hasil laboratoriumnya.” Pernyataan inilah yang membuat heboh dunia maya dan menuai banyak kecaman!

Oleh karena itu, Gobel akan keras dalam menindak pakaian bekas impor yang masuk. Bila ada penangkapan penyelundupan pakaian bekas, Gobel tak segan langsung membakarnya. Dia juga akan bekerja sama dengan pihak Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan.

Yah sebenarnya sih boleh saja membuat kampanye untuk memberangus baju bekas, namun tidak dengan cara membuat stigmatisasi terhadap HIV/AIDS. Untungnya sih Gobel masih berbesar hati untuk meminta maaf ke publik, tidak seperti pejabat negara lain yang umumnya masih keras kepala dan tidak mau minta maaf setelah salah ngomong.