===========================================
Isu pengelolaan Blok Mahakam kembali muncul ke permukaan setelah para bakal calon Presiden Partai Demokrat mengangkat isu itu dalam sebuah debat di Balikpapan akhir pekan lalu. Salah seorang bakal Capres Pramono Edhie melontarkan sebuah pernyataan yang menarik. Ia meminta para insinyur yang bekerja di perusahaan minyak dan gas bumi di luar negeri untuk pulang ke Indonesia.
"Pulang lah. Berkorbanlah sedikit untuk negara. Jangan hanya menghitung pendapatan dalam dolar dan pendapatan dalam rupiah. Membangun bangsaperlu pengorbanan semua orang. Orang pandai diberi keahlian, ingat engkau adalah Warga Negara Indonesia. Kembalilah ke Indonesia," ajak Edhie Pramono.
Terkait pengelolaan Blok Mahakam tersebut, Edhie berpesan kepada pemerintah agar mempertimbangkan dengan seksama sebelum memperpanjang kontrak tersebut.
Pertanyaannya, mengapa para insinyur dan ahli-ahli migas Indonesia lebih senang memilih bekerja di luar negeri? Apa yang Indonesia perlu lakukan agar para insinyur itu kembali dan membangun industri migas nasional. Lalu apa langkah pemerintah dalam membangun industri migas Indonesia kedepan?
Pertanyaan mengapa banyak insinyur Indonesia saat ini memilih bekerja di luar negeri atau perusahaan migas skala global di luar negeri, perlu dijawab oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi nasional.
"Pulang lah. Berkorbanlah sedikit untuk negara. Jangan hanya menghitung pendapatan dalam dolar dan pendapatan dalam rupiah. Membangun bangsaperlu pengorbanan semua orang. Orang pandai diberi keahlian, ingat engkau adalah Warga Negara Indonesia. Kembalilah ke Indonesia," ajak Edhie Pramono.
Terkait pengelolaan Blok Mahakam tersebut, Edhie berpesan kepada pemerintah agar mempertimbangkan dengan seksama sebelum memperpanjang kontrak tersebut.
Pertanyaannya, mengapa para insinyur dan ahli-ahli migas Indonesia lebih senang memilih bekerja di luar negeri? Apa yang Indonesia perlu lakukan agar para insinyur itu kembali dan membangun industri migas nasional. Lalu apa langkah pemerintah dalam membangun industri migas Indonesia kedepan?
Pertanyaan mengapa banyak insinyur Indonesia saat ini memilih bekerja di luar negeri atau perusahaan migas skala global di luar negeri, perlu dijawab oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi nasional.
Bila kita telusuri dan menanyakan
langsung kepada para ahli migas atau insinyur-insinyur Indonesia yang bekerja
di luar negeri, pasti kita akan mendapatkan jawaban yang beragam.
Ada yang mungkin mengatakan bahwa
mereka ingin mencari pengalaman dan tantangan baru bekerja di luar negeri
seperti di lapangan migas di Afrika, Timur Tengah atau Amerika Latin. Ada yang
mungkin mengatakan bahwa mereka bekerja di luar negeri karena kompensasi gaji
dan fasilitas yang jauh lebih bagus dibanding bekerja di dalam negeri. Ada yang
mengatakan mereka tidak puas dengan sistem kerja dan kompensasi yang diberikan
oleh perusahaan-perusahaan migas di Indonesia. Terkadang, seseorang naik ke
puncak bukan atas dasar merit, kemampuan dan prestasi, tapi lebih pada
loyalitas, kedekatan atau hubungan family dan pertemanan.
Namun, fakta mengatakan bahwa sistem
kerja, kompensasi dan carrier path
beberapa perusahaan migas nasional kurang menjanjikan bagi para pekerja
profesional migas. Karena itu, ketika ditawari peluang bekerja di tempat baru
di luar negeri, mereka langsung mengambil kesempatan itu.
Lalu apa yang perlu dilakukan agar insinyur-insinyur dan pekerja migas itu mau balik ke Indonesia? Ciptakan iklim yang sehat di industri minyak dan gas bumi. Ini juga berarti menciptakan iklim yang sehat di perusahaan-perusahaan migas nasional. Hilangkan praktek-praktek korupsi dan kongkalikong seperti saat ini. Birokrat jangan lagi menjual jabatan demi satu dus Indomie dolar AS dan dolar Singapura seperti yang sedang dipertontonkan oleh KPK dan pengadilan korupsi Tipikor hari-hari ini.
Bersihkan praktek-praktek KKN –
korupsi, kolusi dan nepotisme – dalam pengadaan tender migas. Para politisi
tidak boleh lagi mengintervensi para pembuat keputusan untuk memenangkan teman,
sahabat atau pihak-pihak tertentu yang membayar.
Perusahaan migas nasional, termasuk
BUMN Migas Pertamina, dituntut untuk menaikkan
nilai tawar ke pekerja-pekerja dan ahli migas yang bekerja di tempat lain dan
mau balik bekerja untuk kemajuan industri migas Indonesia. Hilangkan
praktek-praktek kongkalikong, nepotisme, favoritism, dan lain-lain. Pemerintah
serta para politisi tidak boleh lagi menjadikan Pertamina dan perusahaan migas
lainnya sebagai sapi perah untuk membiayai aktivitas-aktivitas politik.
Kasus-kasus korupsi, nepotisme dan
penyalahgunaan kekuasaan, hari-hari ini sedang dipertontonkan dengan kasat mata
ke hadapan publik. Rakyat suah muak dengan praktek-praktek seperti ini.
Kata-kata good corporate governance atau praktek-praktek korporasi yang bersih
tampak hanya indah di atas kertas, tapi penerapannya, jauh panggang dari api.
Banyak fakor yang membuat seseorang
bekerja di satu perusahaan. Kompensasi dan salari yang menarik, berdasarkan
berbagai survei, masih menjadi faktor utama seseorang bekerja di sebuah
perusahaan. Tapi itu bukan satu-satunya faktor. Ada faktor lain, seseorang
memilih bekerja di perusahaan tertentu, dan kombinasi beberapa faktor itu,
dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih. Faktor-faktor lain yang
dipertimbangkan antara lain, sistem kerja, carrier
path, peluang untuk meningkatkan keahlian, budaya perusahaan dan faktor
lainnya.
Industri migas adalah industri yang
sifatnya universal. Saban hari kita lihat berbagai perusahaan migas skala
global memuat iklan lowongan kerja, mencari calon tenaga kerja migas dari
Indonesia. Seorang kawan insinyur yang pernah bekerja di Afrika mengatakan,
beberapa perusahaan migas global senang dengan ethos kerja pekerja migas asal
Indonesia. Tidak hanya perusahaan luar saja yang mencari tenaga kerja.
Perusahaan migas skala global yang beroperasi di Indonesia pun merekrut cukup
banyak tenaga kerja di Indonesia, seperti BP, Inpex, Total E&P Indonesie,
Chevron, Conocophillips, Eni, dan lain-lain.
Indonesia perlu mengambil manfaat
dari kehadiran perusahaan-perusahaan migas skala global yang beroperasi di
Indonesia. Pemerintah perlu mendorong terciptanya transfer teknologi, terlebih yang
terkait pengelolaan blok migas yang terletak di laut dalam, atau blok migas
yang kompleks, seperti Blok Mahakam, Blok Masela dan East Natuna di peraitran
Natuna.
Industri migas nasional telah berkembang cukup signifikan, namun, masih ada jalan terjal di depan yang perlu dilalui. Pemerintah perlu mendorong terciptanya transfer teknologi, terutama untuk pengelolaan blok-blok migas yang kompleks serta yang berada di laut dalam. Pengelolaan blok-blok seperti ini perlu melibatkan perusahaan migas nasional sehingga membuka peluang transfer teknologi. (*)
Industri migas nasional telah berkembang cukup signifikan, namun, masih ada jalan terjal di depan yang perlu dilalui. Pemerintah perlu mendorong terciptanya transfer teknologi, terutama untuk pengelolaan blok-blok migas yang kompleks serta yang berada di laut dalam. Pengelolaan blok-blok seperti ini perlu melibatkan perusahaan migas nasional sehingga membuka peluang transfer teknologi. (*)