Jumat, 25 April 2014

Total E&P Berusaha Untuk Menahan Laju Penurunan Produksi Blok Mahakam

Saat ini, cukup banyak blok-blok minyak dan gas besar di Indonesia yang sudah memasuki usia uzur. Salah satunya adalah Blok Mahakam yang telah berproduksi dan menyumbang produksi gas alam terbesar di Indonesia selama 4 dekade terakhir. Sebagian kecil produksi dari blok ini berupa minyak bumi. Mengingat usianya yang kian uzur, fokus operator tampaknya tidak lagi untuk meningkatkan produksi, tapi bagaimana berupaya agar produksi tidak turun cepat.

Seperti yang dilaporkan oleh beberapa media online baru-baru ini, Total E&P Indonesie, mengebor lebih banyak sumur lagi untuk mencegah penurunan produksi minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur ini. Menariknya, langkah ini tetap dilakukan walaupun operator sedang menghadapi ketidakpastian soal kontrak pengelolaan blok tersebut, yang akan berakhir akhir Maret 2017.

Rencana pengembangan lapangan-lapangan yang ada tetap dilanjutkan seperti proyek pengembangan Sisi Nubi 2B dan Peciko 7B, yang segera beroperasi. Juru bicara Perusahaan Kiristanto Hartadi mengatakan produksi perusahaan saat ini mencapai 1,7 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) per hari pada kuartal pertama tahun ini dan kondensat sebesar 73.000 barel per hari (bpd).
 
Produksi gas alam pada tahun 2014 ini diperkirakan sama dengan tahun 2013 lalu, sementara produksi kondensat sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2013, yaitu sebesar 66.000 bph. "Kami sedang berusaha keras untuk mempertahankan produksi sehingga sama dengan tahun 2013. Tanpa ada upaya ekstra, rata-rata produksi bisa anjlok 50 persen," ujar Kristanto.
 
Data dari SKK Migas memperlihatkan bahwa produksi gas Total mencapai 1.672 juta kaki kubik per hari (mmscfd) tahun 2013, lebih tinggi dari rencana awal perusahaan 1.495 mmscfd, sementara kondensat sejumlah 67,800 bph, lebih rendah dari target 68.400 bph.
 
Tahun 2014 ini, menurut SKK Migas, Total berencana memproduksi 1.579 mmsfd gas dan 62.910 bph kondensat. Kristanto melanjutkan bahwa aktivitas utama operator Blok Mahakam ini tahun ini termasuk mengebor 100 sumur baru, meningkatkan produksi dari sumur migas yang ada serta melakukan survei seismik. Total biaya investasi diperkirakan mencapai US$2,5 miliar atau Rp sekitar Rp27 triliun.
 
Total dan mitra non operatornya Inpex Corp mengembangan Blok Mahakam mulai tahun 1967 dan diperpanjang sekali tahun 1997 untuk 20 tahun hingga 2017. Keduanya memegang hak partisipasi masing-masing sebesar 50 persen.
 
Total dan mitranya saat ini menunggu keputusan pemerintah terkait kelanjutan hak/kontrak pengembangan blok tersebut pasca 2017. Keduanya berniat memperpanjang, namun keputusan terakhir tergantung pemerintah, apakah memperpanjang, tidak diperpanjang atau skema baru - melibatkan operator lama dan pemain baru (Pertamina atau perusahaan lain). 

Berbagai pengamat berpendapat pemerintah perlu mempertimbangkan segala risiko dan aspek pengembangan lapangan blok tersebut sehingga produksi migas blok Mahakam tetap optimal dan memberi kontribusi maksimal kepada negara dan ekonomi lokal. Bila langsung diserahkan ke operator baru sama sekali, dipastikan akan terlalu berisiko mengingkat kondisi blok Mahakam yang sangat kompleks. Butuh waktu lama bagi operator baru dan investasi yang sangat besar untuk mengembangkan blok Mahakam tahap berikutnya karena kondisi Blok Mahakam sudah uzur dan karena itu dibutuhkan penanganan yang lebih ekstra dengan investasi yang ekstra pula. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar