Dahlan Iskan |
Siapa yang tidak kenal Menteri
yang satu ini, Dahlan Iskan? Ia adalah salah satu menteri kabinet Indonesia
Bersatu jilid II yang cukup banyak mendapat porsi pemberitaan dari media masa
dibanding menteri-menteri lain. Dahlan Iskan adalah Menteri yang menangani
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang memiliki aset ribuan triliun rupiah.
Sebagai Menteri BUMN, Dahlan Iskan memiliki posisi yang strategis dalam mempengaruhi
dan menentukan kebijakan ratusan BUMN. Sebagai sosok pribadi, Dahlan juga
tergolong sosok yang kontroversial. Sikap dan tindakan-tindakannya terkadang
membuat orang terkejut, misalnya saat ia membuka salah satu pintu tol dalam
kota beberapa waktu lalu.
Dahlan Iskan kian menjadi sorotan
apalagi saat ini pemilik Jawa Pos group ini menjadi salah satu kader Partai
Demokrat yang bertarung memperebutkan posisi sebagai calon Presiden dari partai
berwarna biru langit itu. Belakangan sorotan publik terhadap Dahlan Iskan masih
terus berlansung apalagi sang Menteri BUMN ini terkadang melontarkan ide-ide
dan kebijakan yang memancing perdebatan yang kontroversial di masyarakat.
Salah satunya adalah rencana
Dahlan untuk mendorong Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina, untuk
mengakuisisi PT Perusahaan Gas Nasional (PGN), perusahaan infrastruktur yang
mengelola jaringan pipa transmisi dan distribusi gas nasional. Kabarnya,
rencana tersebut telah disetujui dalam rapat Pemegang Saham Pertamina, yang
hasilnya sempat bocor di tangan media.
Menariknya, Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Hatta Rajasa belum mengetahui rencana tersebut. Hatta mengatakan
rencana Pertagas untuk mengakuisisi PGN belum pernah dibahas di tingkat Rapat
Koordinasi Menteri. Apakah itu mengindikasikan bahwa Dahlan Iskan belum
berkonsultasi dengan Meenteri Hatta Rajasa terkait rencana akuisisi tersebut? Apakah
itu berarti Dahlan Iskan telah melangkahi Menteri Koordinator Perekonomian
Hatta Rajasa?
Yang jelas, Menteri Dahlan Iskan
tidak bisa begitu saja merealisasikan rencana akuisisi tersebut. Ada
tahapan-tahapan yang harus dilalui apalagi PGN adalah perusahaan yang well-established dan telah go public. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan
dan perlu dipelajari secara mendalam. Misalnya, sejauh mana dampak akuisisi
tersebut bagi investor publik dan konsumen atau publik?
Rencana akuisisi tersebut memang
terlihat aneh karena dari sisi aset dan pengalaman, Pertagas jauh lebih kecil
dibanding PGN. PGN telah melakukan investasi besar dalam 10 tahun terakhir dan
telah memaparkan rencana investasinya kedepan. Sejauh mana dampak akuisisi
tersebut terhadap rencana investasi PGN ke depan? Tentu masih banyak pertanyaan
lagi yang muncul di benak publik.
Dahlan Iskan adalah double agent. Ia tidak hanya seorang
Menteri BUMN, tapi juga seorang calon Presiden yang sedang bertarung di
internal partai. Posisi dia sebagai Menteri sekaligus sebagai calon Presiden yang
sedang bertarung membuat publik curiga atas pernyataan-pernyataan dan keputusan
Dahlan. Saat Dahlan melontarkan rencana akuisisi tersebut, publik langsung
bereaksi: apakah rencana akuisisi tersebut murni pertimbangan korporasi yang
akan membuat perusahaan menjadi lebih besar, lebih kokoh dan menguntungkan
publik dan investor? Ataukah justru dilatarbelakangi oleh motif-motif politik
tertentu dan perburuan rente?
Semua orang tahu menjadi Presiden
di Republik ini membutuhkan biaya tidak sedikit. Perlu uang dalam jumlah besar untuk
berkampanye. Sebagai Menteri BUMN yang menangani ratusan BUMN dengan aset
triliunan, tentu wajar bila masyarakat umum curiga dengan setiap keputusan,
kebijakan dan pernyataan Dahlan Iskan.
Minggu lalu, Dahlan Iskan kembali
melontarkan dukungannya agar Pertamina mengoperasikan Blok Mahakam, tanpai
penjelasan lebih lanjut. Ia mengatakan dia telah berupaya meyakinkan Pertamina
bahwa perusahaan migas negara tersebut dapat mengelola Blok Mahakam. Isu Blok
Mahakam memang salah satu isu yang seksi, menarik untuk dijual jelang Pemilihan
Umum. Isu nasionalisasi blok-blok migas rentan digunakan alat oleh pihak-pihak
tertentu untuk menarik simpati publik, tanpa mempertimbangkan realitas yang ada
dan dampaknya bagi kepentingan bangsa yang lebih besar.
Sebagai seorang Menteri BUMN dan
juga bakal calon Presiden, tentu tidak salah bila publik mempertanyakan maksud
Dahlan, apakah itu murni kepentingan bangsa, atau hanya untuk kepentingan
kemenangan politik pribadi? Seharusnya, sebagai seorang menteri, lebih bijak
bila dia mengatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan opsi
terbaik bagi pengembangan Blok Mahakam selanjutnya. Opsi terbaik berarti
mempertimbangkan seluruh aspek teknis dan non-teknis, faktor risiko, faktor
pemasukan bagi pendapatan negara, kelanjutan produksi Blok Mahakam. Artinya,
keputusan yang akan diambil pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang rasional dengan melihat realitas yang ada dan kondisi Blok Mahakam itu
sendiri.
Yang jelas, Blok Mahakam
merupakan salah satu blok yang paling rumit di Indonesia bahkan di dunia. Karakter
blok tersebut berbeda dengan blok-blok migas lainnya, katakanlah Blok Cepu.
Kondisi bawa tanah dan reservoir yang ada di Mahakam (kecil dan tersebar) sangat
berbeda dengan blok-blok migas lainnya. Ratusan sumur harus dibor setiap tahun
untuk mempertahankan tingkat produksi. Pengembangan Blok Mahakam selanjutnya
memiliki risiko yang lebih besar dibanding sebelumnya.
Menteri Dahlan seharusnya
menginformasikan kepada publik fakta-fakta dan kondisi yang sebenarnya terkait
Blok Mahakam, tidak hanya ‘menjual’ isu Mahakam untuk kepentingan politik
tertentu.
Oleh karena itu, lebih bijak bila
Dahlan Iskan mundur dari posisinya sebagai Menteri BUMN dan fokus pada ambisi
politiknya menjadi calon Presiden dari Partai Demokrat. Hal ini penting karena
saat ini, publik melihat sosok Dahlan Iskan tidak hanya sebagai Menteri BUMN
tapi juga sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat. Mengundurkan diri
merupakan opsi terbaik bagi Menteri Dahlan Iskan sehingga BUMN-BUMN dapat fokus
menjalankan roda bisnis mereka dan tidak tertekan oleh ambisi politik Dahlan
Iskan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar