Minggu, 19 Januari 2014

Menteri BUMN Dahlan Iskan Harusnya Mundur dan Tidak Membuat Keputusan Strategis


Dahlan Iskan
Siapa yang tidak kenal Menteri yang satu ini, Dahlan Iskan? Ia adalah salah satu menteri kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang cukup banyak mendapat porsi pemberitaan dari media masa dibanding menteri-menteri lain. Dahlan Iskan adalah Menteri yang menangani Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang memiliki aset ribuan triliun rupiah. Sebagai Menteri BUMN, Dahlan Iskan memiliki posisi yang strategis dalam mempengaruhi dan menentukan kebijakan ratusan BUMN. Sebagai sosok pribadi, Dahlan juga tergolong sosok yang kontroversial. Sikap dan tindakan-tindakannya terkadang membuat orang terkejut, misalnya saat ia membuka salah satu pintu tol dalam kota beberapa waktu lalu.
Dahlan Iskan kian menjadi sorotan apalagi saat ini pemilik Jawa Pos group ini menjadi salah satu kader Partai Demokrat yang bertarung memperebutkan posisi sebagai calon Presiden dari partai berwarna biru langit itu. Belakangan sorotan publik terhadap Dahlan Iskan masih terus berlansung apalagi sang Menteri BUMN ini terkadang melontarkan ide-ide dan kebijakan yang memancing perdebatan yang kontroversial di masyarakat. 

Salah satunya adalah rencana Dahlan untuk mendorong Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina, untuk mengakuisisi PT Perusahaan Gas Nasional (PGN), perusahaan infrastruktur yang mengelola jaringan pipa transmisi dan distribusi gas nasional. Kabarnya, rencana tersebut telah disetujui dalam rapat Pemegang Saham Pertamina, yang hasilnya sempat bocor di tangan media. 

Menariknya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa belum mengetahui rencana tersebut. Hatta mengatakan rencana Pertagas untuk mengakuisisi PGN belum pernah dibahas di tingkat Rapat Koordinasi Menteri. Apakah itu mengindikasikan bahwa Dahlan Iskan belum berkonsultasi dengan Meenteri Hatta Rajasa terkait rencana akuisisi tersebut? Apakah itu berarti Dahlan Iskan telah melangkahi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa?

Yang jelas, Menteri Dahlan Iskan tidak bisa begitu saja merealisasikan rencana akuisisi tersebut. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui apalagi PGN adalah perusahaan yang well-established dan telah go public. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dan perlu dipelajari secara mendalam. Misalnya, sejauh mana dampak akuisisi tersebut bagi investor publik dan konsumen atau publik? 

Rencana akuisisi tersebut memang terlihat aneh karena dari sisi aset dan pengalaman, Pertagas jauh lebih kecil dibanding PGN. PGN telah melakukan investasi besar dalam 10 tahun terakhir dan telah memaparkan rencana investasinya kedepan. Sejauh mana dampak akuisisi tersebut terhadap rencana investasi PGN ke depan? Tentu masih banyak pertanyaan lagi yang muncul di benak publik.

Dahlan Iskan adalah double agent. Ia tidak hanya seorang Menteri BUMN, tapi juga seorang calon Presiden yang sedang bertarung di internal partai. Posisi dia sebagai Menteri sekaligus sebagai calon Presiden yang sedang bertarung membuat publik curiga atas pernyataan-pernyataan dan keputusan Dahlan. Saat Dahlan melontarkan rencana akuisisi tersebut, publik langsung bereaksi: apakah rencana akuisisi tersebut murni pertimbangan korporasi yang akan membuat perusahaan menjadi lebih besar, lebih kokoh dan menguntungkan publik dan investor? Ataukah justru dilatarbelakangi oleh motif-motif politik tertentu dan perburuan rente? 

Semua orang tahu menjadi Presiden di Republik ini membutuhkan biaya tidak sedikit. Perlu uang dalam jumlah besar untuk berkampanye. Sebagai Menteri BUMN yang menangani ratusan BUMN dengan aset triliunan, tentu wajar bila masyarakat umum curiga dengan setiap keputusan, kebijakan dan pernyataan Dahlan Iskan.

Minggu lalu, Dahlan Iskan kembali melontarkan dukungannya agar Pertamina mengoperasikan Blok Mahakam, tanpai penjelasan lebih lanjut. Ia mengatakan dia telah berupaya meyakinkan Pertamina bahwa perusahaan migas negara tersebut dapat mengelola Blok Mahakam. Isu Blok Mahakam memang salah satu isu yang seksi, menarik untuk dijual jelang Pemilihan Umum. Isu nasionalisasi blok-blok migas rentan digunakan alat oleh pihak-pihak tertentu untuk menarik simpati publik, tanpa mempertimbangkan realitas yang ada dan dampaknya bagi kepentingan bangsa yang lebih besar. 

Sebagai seorang Menteri BUMN dan juga bakal calon Presiden, tentu tidak salah bila publik mempertanyakan maksud Dahlan, apakah itu murni kepentingan bangsa, atau hanya untuk kepentingan kemenangan politik pribadi? Seharusnya, sebagai seorang menteri, lebih bijak bila dia mengatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan opsi terbaik bagi pengembangan Blok Mahakam selanjutnya. Opsi terbaik berarti mempertimbangkan seluruh aspek teknis dan non-teknis, faktor risiko, faktor pemasukan bagi pendapatan negara, kelanjutan produksi Blok Mahakam. Artinya, keputusan yang akan diambil pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional dengan melihat realitas yang ada dan kondisi Blok Mahakam itu sendiri.

Yang jelas, Blok Mahakam merupakan salah satu blok yang paling rumit di Indonesia bahkan di dunia. Karakter blok tersebut berbeda dengan blok-blok migas lainnya, katakanlah Blok Cepu. Kondisi bawa tanah dan reservoir yang ada di Mahakam (kecil dan tersebar) sangat berbeda dengan blok-blok migas lainnya. Ratusan sumur harus dibor setiap tahun untuk mempertahankan tingkat produksi. Pengembangan Blok Mahakam selanjutnya memiliki risiko yang lebih besar dibanding sebelumnya. 

Menteri Dahlan seharusnya menginformasikan kepada publik fakta-fakta dan kondisi yang sebenarnya terkait Blok Mahakam, tidak hanya ‘menjual’ isu Mahakam untuk kepentingan politik tertentu. 

Oleh karena itu, lebih bijak bila Dahlan Iskan mundur dari posisinya sebagai Menteri BUMN dan fokus pada ambisi politiknya menjadi calon Presiden dari Partai Demokrat. Hal ini penting karena saat ini, publik melihat sosok Dahlan Iskan tidak hanya sebagai Menteri BUMN tapi juga sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat. Mengundurkan diri merupakan opsi terbaik bagi Menteri Dahlan Iskan sehingga BUMN-BUMN dapat fokus menjalankan roda bisnis mereka dan tidak tertekan oleh ambisi politik Dahlan Iskan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar