Senin, 10 Maret 2014

Presiden Yudhoyono Akan Resmikan Pipa Kalimantan-Jawa Milik Bakrie, Sinyal SBY-ARB Kian Mesra?



Pada tahun 2006 lalu, media-media nasional dihebohkan oleh kemenangan Bakrie Group untuk membangun pipa gas dengan panjang 1.200 km, yang akan menghubungkan Kalimantan dan Jawa, atau dikenal sebagai proyek pipa Kalija. Namun, 7 tahun berlalu, proyek pipa gas tersebut belum juga terealisasi. BPH Migas, yang menangani industri hilir minyak dan gas bumi pada tahun 2009, sempat mengancam grup Bakrie untuk mencabut hak grup Bakrie untuk membangun pipa gas terpanjang di Indonesia itu. 

Namun, ada sedikit titik cerah, tapi sekaligus mencurigakan. Minggu lalu, muncul berita-berita di media bahwa pemerintah akan melakukan groundbreaking pelaksanaan pembangunan pipa transmisi gas bumi Kalimantan-Jawa (Kalija). Pertanyaannya, apakah yang diresmikan adalah keseluruhan proyek pipa gas? Atau Cuma tahap I saja, yakni pipa yang menghubungkan Kepodang dan Tambaklorok.

Setelah ditelusuri, rupanya yang akan diresmikan oleh pemerintah adalah tahap I, yakni pipa gas yang menghubungkan Kepodang dan Tambaklorok. Pertanyaannya, apakah pembangunan tahap I ini akan berlanjut dengan pembangunan tahap II? Ini masih menjadi pertanyaan besar dan belum ada kejelasan, karena grup Bakrie sendiri setelah 7 tahun seolah menyimpan surat penunjukkan sebagai pemenang tender pembangunan pipa Kalija sepanjang 1.200 km itu.

Yang menarik, groundbreaking proyek Kalija tersebut bakal diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai seorang Presiden, tentu peresmian proyek-proyek infrastruktur tentu biasa-biasa saja. Namun, karena saat ini kita memasuk masa menjelang pemilu, maka setiap gerak-gerik para elit politik dan elit yang berkuasa memancing spekulasi di masyarakat. 

Bila Presiden SBY jadi meresmikan proyek tersebut, mendampingi pemilik proyek tersebut yakni group Bakrie, maka kita akan melihat SBY, sebagai Ketua Partai Demokrat akan berdampingan dengan Aburizal Bakrie, pemilik Bakrie Group dan sekaligus Ketua Partai Golkar. Dua partai besar yang haus kemenangan dalam Pemilu April nanti. 

Apakah bersandingnya SBY dan Aburizal Bakrie memberi sinyal dua partai tersebut – Golkar dan Demokrat – bakal berkoalisasi di Pemilihan Presiden mendatang dan melawan kubu PDIP dkk? Bukan tidak mungkin. Politik adalah ilmu yang memungkinan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kejutan-kejutan bakal terjadi pada pemilihan Presiden mendatang.

Hal menarik kedua yang perlu ditelusuri adalah bagaimana Group Bakrie mendanai proyek Kalija tahap I dan tahap II tersebut? Apakah peresmian proyek infrastruktur tersebut oleh Presiden SBY memberi sinyal dan ‘memaksa’ bank-bank BUMN untuk memberikan pinjaman kepada group Bakrie untuk membangun proyek Kalija tersebut? Jangan lupa, jelang pemilu pengadaan atau pembiayaan proyek-proyek besar memancing kerugiaan publik akan penyalahgunaan uang negara. 

Kerugiaan ini beralasan mengingat pada November 2009, jelang Pemilu 2009, pemerintah, dalam hal ini BI dan Departemen Keuangan, menyetujui menyelamatkan Bank Century dengan menggelontorkan dana (bailout) sebesar Rp6.7 triliun rupiah. Padahal, yang disetujui oleh DPR sebelumnya dan yang diberitakan di media-media, pemerintah hanya akan menginjeksi dana sekitar Rp700 miliar. 

Perlu diwaspadai, jangan sampai hal yang terulang kembali jelang Pemilu 2014 ini. Bisa saja partai-partai besar menggunakan segara cara untuk menyedot uang negara di bank-bank pemerintah dengan alasan membiayai proyek-proyek, yang secara komersial belum tentu viable.

Kalau proyek Kalija memang commercially viable, mengapa group Bakrie begitu sulit mendapatkan dana US$250 juta untuk membiayai pembangunan pipa gas tersebut? 

Apakah juga masuknya seorang mantan eksekutif Bakrie di BPH Migas turut memuluskan proyek pipa Kalija tersebut?

Baiklah, waktu akan menjawab. Kita kembali ke masalah teknis proyek Kalija. Proyek Kalija dibagi 2 tahap. Kalija Tahap I akan dibangun oleh konsorsium yang dibentuk oleh PT Bakrie & Brothers dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN), yang menghubungkan Kepodang dan Tambaklorok. Selanjutnya, pipa gas tersebut akan disambungkan dengan pipa Cirebon-Semarang (Tambaklorok) dan Semarang (Tambaklorok)-Gresik.

Pihak Bakrie group dalam beberapa kesempatan beralasan, tertundanya pembangunan pipa Kalija (Tahap I dan Tahap II) karena  belum adanya kepastian soal pasokan gas dan siapa yang akan membeli gas yang akan disalurkan pipa tersebut.

Lembaga-lembaga keuangan internasional dikhabarkan meragukan nilai komersial proyek tersebut serta kemampuan keuangan grup Bakrie.  Apalagi grup Bakrie sendiri menghadapi berbagai masalah, seperti ribut-ribut di Bumi Plc serta kasus lumpur Lapindo yang menguras waktu, energi dan kantong grup Bakrie. Nah, tentu disaat Bakrie mengalami kesulitan keuangan, saat Bakrie menjual aset-asetnya, maka tentu dimulainya proyek Kalija ini tentu sebagian publik akan menyambut gembira, tapi disatu sisi perlu meningkatkan kewaspadaan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar