Pada
tahun 2006 lalu, media-media nasional dihebohkan oleh kemenangan Bakrie Group
untuk membangun pipa gas dengan panjang 1.200 km, yang akan menghubungkan
Kalimantan dan Jawa, atau dikenal sebagai proyek pipa Kalija. Namun, 7 tahun
berlalu, proyek pipa gas tersebut belum juga terealisasi. BPH Migas, yang
menangani industri hilir minyak dan gas bumi pada tahun 2009, sempat mengancam
grup Bakrie untuk mencabut hak grup Bakrie untuk membangun pipa gas terpanjang
di Indonesia itu.
Namun,
ada sedikit titik cerah, tapi sekaligus mencurigakan. Minggu lalu, muncul
berita-berita di media bahwa pemerintah akan melakukan groundbreaking
pelaksanaan pembangunan pipa transmisi gas bumi Kalimantan-Jawa (Kalija).
Pertanyaannya, apakah yang diresmikan adalah keseluruhan proyek pipa gas? Atau Cuma
tahap I saja, yakni pipa yang menghubungkan Kepodang dan Tambaklorok.
Setelah
ditelusuri, rupanya yang akan diresmikan oleh pemerintah adalah tahap I, yakni
pipa gas yang menghubungkan Kepodang dan Tambaklorok. Pertanyaannya, apakah
pembangunan tahap I ini akan berlanjut dengan pembangunan tahap II? Ini masih
menjadi pertanyaan besar dan belum ada kejelasan, karena grup Bakrie sendiri
setelah 7 tahun seolah menyimpan surat penunjukkan sebagai pemenang tender pembangunan
pipa Kalija sepanjang 1.200 km itu.
Yang
menarik, groundbreaking proyek Kalija tersebut bakal diresmikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai seorang Presiden, tentu peresmian
proyek-proyek infrastruktur tentu biasa-biasa saja. Namun, karena saat ini kita
memasuk masa menjelang pemilu, maka setiap gerak-gerik para elit politik dan
elit yang berkuasa memancing spekulasi di masyarakat.
Bila
Presiden SBY jadi meresmikan proyek tersebut, mendampingi pemilik proyek
tersebut yakni group Bakrie, maka kita akan melihat SBY, sebagai Ketua Partai
Demokrat akan berdampingan dengan Aburizal Bakrie, pemilik Bakrie Group dan
sekaligus Ketua Partai Golkar. Dua partai besar yang haus kemenangan dalam
Pemilu April nanti.
Apakah
bersandingnya SBY dan Aburizal Bakrie memberi sinyal dua partai tersebut –
Golkar dan Demokrat – bakal berkoalisasi di Pemilihan Presiden mendatang dan
melawan kubu PDIP dkk? Bukan tidak mungkin. Politik adalah ilmu yang
memungkinan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kejutan-kejutan bakal terjadi
pada pemilihan Presiden mendatang.
Hal
menarik kedua yang perlu ditelusuri adalah bagaimana Group Bakrie mendanai
proyek Kalija tahap I dan tahap II tersebut? Apakah peresmian proyek
infrastruktur tersebut oleh Presiden SBY memberi sinyal dan ‘memaksa’ bank-bank
BUMN untuk memberikan pinjaman kepada group Bakrie untuk membangun proyek
Kalija tersebut? Jangan lupa, jelang pemilu pengadaan atau pembiayaan
proyek-proyek besar memancing kerugiaan publik akan penyalahgunaan uang negara.
Kerugiaan
ini beralasan mengingat pada November 2009, jelang Pemilu 2009, pemerintah,
dalam hal ini BI dan Departemen Keuangan, menyetujui menyelamatkan Bank Century
dengan menggelontorkan dana (bailout) sebesar Rp6.7 triliun rupiah. Padahal,
yang disetujui oleh DPR sebelumnya dan yang diberitakan di media-media,
pemerintah hanya akan menginjeksi dana sekitar Rp700 miliar.
Perlu
diwaspadai, jangan sampai hal yang terulang kembali jelang Pemilu 2014 ini. Bisa
saja partai-partai besar menggunakan segara cara untuk menyedot uang negara di
bank-bank pemerintah dengan alasan membiayai proyek-proyek, yang secara
komersial belum tentu viable.
Kalau
proyek Kalija memang commercially viable,
mengapa group Bakrie begitu sulit mendapatkan dana US$250 juta untuk membiayai
pembangunan pipa gas tersebut?
Apakah juga masuknya seorang mantan eksekutif Bakrie di BPH Migas turut memuluskan proyek pipa Kalija tersebut?
Baiklah, waktu akan menjawab. Kita kembali ke masalah teknis proyek Kalija. Proyek Kalija
dibagi 2 tahap. Kalija Tahap I akan dibangun oleh konsorsium yang dibentuk oleh
PT Bakrie & Brothers dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN), yang menghubungkan
Kepodang dan Tambaklorok. Selanjutnya, pipa gas tersebut akan disambungkan
dengan pipa Cirebon-Semarang (Tambaklorok) dan Semarang (Tambaklorok)-Gresik.
Pihak
Bakrie group dalam beberapa kesempatan beralasan, tertundanya pembangunan pipa
Kalija (Tahap I dan Tahap II) karena
belum adanya kepastian soal pasokan gas dan siapa yang akan membeli gas
yang akan disalurkan pipa tersebut.
Lembaga-lembaga
keuangan internasional dikhabarkan meragukan nilai komersial proyek tersebut
serta kemampuan keuangan grup Bakrie. Apalagi grup Bakrie sendiri menghadapi
berbagai masalah, seperti ribut-ribut di Bumi Plc serta kasus lumpur Lapindo
yang menguras waktu, energi dan kantong grup Bakrie. Nah, tentu disaat Bakrie
mengalami kesulitan keuangan, saat Bakrie menjual aset-asetnya, maka tentu
dimulainya proyek Kalija ini tentu sebagian publik akan menyambut gembira, tapi
disatu sisi perlu meningkatkan kewaspadaan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar