Senin, 30 Desember 2013

Kendala Teknis & Non Teknis Hambat Kinerja Industri Hulu Migas Indonesia Selama 2013



Tantangan terbesar pemerintah Indonesia pada 2014 adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif, menghilangkan faktor ketidakpastian (hukum dan politik), termasuk ketidakpastian kontrak blok migas yang segera berakhir, meningkatkan investasi eksplorasi dan produksi serta menciptakan peraturan yang mendukung eksplorasi (seperti insentif fiskal) agar investor terdorong untuk berinvestasi. 

 * * *
Sebuah anjungan minyak & gas laut dalam
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yang sebelumnya bernama BPMIGAS, memberikan keterangan pers terkait kinerja industri hulu minyak dan gas bumi (migas) selama 2013. Ada beberapa poin penting yang disampaikan oleh Plt. Kepala SKK Migas J. Widjonarko antara lain realisasi investasi, produksi/lifting minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dan kegiatan seismic. Pesan yang muncul dari laporan akhir tahun ini adalah bahwa ada beberapa catatan penting yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah pada tahun 2014 nanti.

Yang jelas, industri minyak dan gas bumi mengalami tantangan berat selama tahun 2013, baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Tantangan yang bersifat non-teknis, misalnya, kasus gratifikasi yang menghebohkan pada Agustus lalu yang melibatkan mantan kepala SKK Migas Rudi Rubiandini (RR). RR, saat ini sedang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk proses investigasi lebih lanjut dan menanti sidang yang rencananya dimulai Januari 2014.

RR ditahan karena kedapatan menerima sejumlah uang dari sebuah perusahaan trader minyak dan gas bumi Kernel Oil yang berbasis di Singapura. KPK mengklaim dana yang berjumlah ratusan dolar AS tersebut diduga untuk memuluskan proses tender penjualan minyak yang menjadi hak negara. Tidak hanya Rudi, beberapa pihak lain juga saat ini sudah ditahan, dan kemungkinan masih ada lagi yang ditahan dan diproses di pengadilan terkait kasus gratifikasi tersebut. Kasus ini paling tidak telah menyita emosi dan energi pekerja SKK Migas.

Selain masalah non-teknis, cukup banyak masalah teknis yang menghambat kinerja industri hulu migas tahun 2013. Diantaranya, kendala subsurface, penyerapan pembelian gas bumi oleh buyer yang lebih rendah dari komitmen, masalah keterlambatan pembangunan fasilitas produksi termasuk fasilitas produksi Blok Cepu, masalah gangguan pada fasilitas produksi migas yang berujung pada temporary shut-down, dan sebagainya. Semua ini menghambat pencapaian tingkat produksi minyak dan gas yang telah ditargetkan serta penerimaan negara.
Menurut SKK Miga,s penerimaan negara dari industri hulu migas tahun 2013 mencapai US$31,315 miliar, sedikit di bawah target APBN-P sebesar US$31,7 miliar.

Lifting minyak yang ditargetkan sebesar 840.000 barel per hari dalam APBN hasil revisi (APBN-P) 2013, hanya mencapai 826.000 bph (atau 99% dari target), sementara lifting gas bumi mencapai 6.981 juta British themral unit per hari (MMBTUD), atau 97% dari target 7.175 MMBUTD.

Kepala SKK Migas mengakui ada kendala sub-surface yang menyebabkan menurunnya potensi produksi minyak di luar perkiraan sekitar 35,000 bopd. Penurunan ini terjadi akibat penurunan alamiah produksi pada lapangan-lapangan migas yang tua, yang mencapai rata-rata 4,1 persen, terutama pada Blok Rokan dan Blok Mahakam, yang mencatat declining rate melebihi 5 persen selama 2013.

Penurunan produksi alamiah pada Blok Mahakam tidak mengherankan karena blok migas yang dioperasikan oleh Total E&P Indonesie itu, dan bermitra dengan Inpex Corp, telah berproduksi selama 40 tahun lebih. Blok tersebut tergolong blok tua (matured ), sehingga dibutuhkan investasi besar dan teknologi terbaru untuk mencegah penurunan produksi alamiah. Setiap tahun, operator berinvetasi besar-besaran untuk mencegah penurunan alamiah tersebut.  Untuk itu, operator Blok Mahakam, telah menyatakan komitmen investasinya sebesar uS$7,3 miliar dalam 5 tahun kedepan, sebagai upaya untuk mencegah penurunan alamiah blok migas tersebut.

Blok Mahakam, walaupun sudah uzur, masih dianggap sebagai blok yang strategis karena menyuplai sekitar 80 persen pasokan gas ke fasilitas produksi LNG di Bontang, Kalimantan Timur. Dari situ, LNG dikirim keluar negeri dan menyumbang devisa bagi negara, sementara sebagian dipasok ke pasar dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan perusahaan listrik negara PLN serta industri.

Faktor penghambat lain adalah penyerapan gas oleh pembeli yang lebih rendah dari komitmen. Selama 2013, terdapat 15 pembeli gas bumi membeli gas di bawah komitmen karena adanya kendala fasilitas dan jaringan. Akibatnya, terjadi kehilangan potensi produksi sebesar sekitar 420 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) atau 75.000 barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD).

Perusahaan-perusahaan migas atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memang berupaya untuk mengoptimalkan produksi melalui penambahan pengeboran, work over dan well-service, sehingga menambah produksi sebesar 93.000 bopd, namun tidak cukup mengkompensasi (off-set) penurunan produksi di blok migas lainnya. 

Realisasi rencana pengeboran eksploitasi dibawah target yakni 980 sumur pengembangan, 
779 sumur workover, dibandingkan dengan target sebanyak 1.107 sumur pengembangan dan 953 sumur work-over. Sementara realisasi pengeboran sumur eksplorasi hanya mencapai 91 sumur, dari target 121 sumur, akibat berbagai kendala seperti pembebasan lahan, proses pengadaan, jadwal rig, keterlambatan persiapan lokasi dan evaluasi subsurface.

Realiasi kegiatan seismic dua dimensi juga dibawah target yakni sepanjang 11.949 km untuk seismic 2D dari target 15.647 km, dan 14.177 km seismic 3D dari target 22.576 km. 

Total investasi hingga akhir tahun 2013 diperkirakan sekitar US$19,342 miliar atau naik sekitar 17% dari tahun lalu sebesar US$16,543. Jadi ada peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Namun, sebenarnya peningkatan ini masih tidak cukup dibanding dengan potensi peningkatan investasi. Investasi migas ini diharapkan mendapat perhatian serius dari pemerintah selama tahun politik 2014.

Lalu bagaimana kinerja industri migas 2014? Tentu akan semakin sulit mengingat pemerintah fokus pada agenda Pemilu untuk memilih anggota Legislatif dan Presiden-Wakil Presiden. Dikhawatirkan agenda politik akan berpengaruh pada keputusan-keputusan yang terkait sektor energi, misalnya soal perpanjangan blok-blok migas yang kontraknya akan berakhir dalam 3-5 tahun mendatang, termasuk Blok Mahakam. 

Tantangan terbesar pemerintah di tahun 2014 adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif, menghilangkan faktor ketidakpastian (hukum dan politik), termasuk ketidakpastian kontrak blok migas yang segera berakhir, meningkatkan investasi eksplorasi dan produksi serta menciptakan peraturan yang mendukung eksplorasi (insentif fiskal) agar investor terdorong untuk berinvestasi. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar