Selasa, 08 Juli 2014

Total E&P Indonesia Mengeksplorasi Sumur Rendang

pengeboran laut dalam
Total E&P Indonesia Mentawai B.V. (TEPIM), memulai kegiatan pengeboran laut dalam di sumur Rendang 1X, di Blok Eksplorasi Bengkulu 1 Mentawai pada minggu kedua Juli 2014. Lokasi pengeboran terletak di lepas pantai Provinsi Bengkulu, yang berjarak sekitar 75 km dari garis pantai Bengkulu, di kedalaman laut berkisar 1000 meter.

"Pengeboran sumur ini diperkirakan mencapai 90 hari, menggunakan teknologi untuk laut dalam," ujar General Manager Total, Hardy Pramono. Pengeboran sumur Rendang 1X akan menggunakan Rig Ocean Monarch (jenis Semi-Submersible).

"Tantangan eksplorasi ini memperlihatkan tekad Total untuk menemukan cadangan-cadangan baru di Indonesia. Dan Total sangat menghargai dukungan penuh oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Bengkulu," tambah Hardy. Untuk diketahui, sebelumnya, Gubernur Bengkulu telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor P.241/XXVII/Tahun 2014 tertanggal 22 April 2014 untuk membentuk Tim Pendukung Kegiatan Eksplorasi Migas di Laut Dalam. Surat yang mengkoordinasikan 22 instansi itu diharapkan dapat memperlancar pengeboran sumur migas laut dalam termasuk Bengkulu 1 Mentawai yang digarap Total tersebut. Hardy juga mengungkapkan bahwa sebelumnya belum pernah ada pencarian hidrokarbon di kawasan tersebut.

Sampai saat ini, Total E&P Indonesia menyuplai hingga 80 persen kebutuhan gas ke kilang LNG Bontang, dengan produksi gas pada 2013 sebesar 1.760 MMscf/d dan 67,000 bbl/d untuk minyak dan kondensat. Selain itu, Total juga mengoperasikan Blok Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur, yang mana adalah ladang gas terbesar di Indonesia.


Namun sayangnya kontrak Total di Blok Mahakam akan segera berakhir pada tahun 2017 mendatang. Blok Mahakam adalah salah satu blok tersulit di Indonesia, dan untungnya dengan kepiawaian dan pengalaman jam terbangnya yang sudah tinggi, Total mampu mengeksplorasi blok tersebut dengan baik. Negara melalui Pertamina sudah menyatakan keinginan untuk mengambil alih blok tersebut ketika masa kontrak Total habis. Namun mampukah Pertamina mengoperasikan blok sulit tersebut? Apakah Pertamina sudah memiliki kemampuan dan teknologi yang sama dengan Total? Akan amat disayangkan apabila blok tersebut tersia-siakan karena tidak bisa dieksplorasi karena pengalaman yang belum cukup. Lebih baik apabila Pertamina bergandengan tangan dengan Total dahulu dalam mengeksplorasi Blok Mahakam. Setelah 5 tahun seperti yang diajukan oleh Total, niscaya Pertamina sudah meresapi kemampuan dan teknologi yang diperlukan untuk mengelola Blok Mahakam sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar